Rabu, 20 November 2013

DISKRIMINASI AGAMA


DISKRIMINASI
ARTIKEL TENTANG DISKRIMINASI agama
Perlakuan yang berbeda disebabkan faktor agama.
            Di Desa Bangeran Kecamatan Dukun Kab Gresik pernah ada mahasisiwa dari universitas muhammadiyah gresik yang mendapatkan tugas dari kampus yakni kuliah kerja nyata (KKN) dan praktek pengalaman lapangan (PPL), kebetulan mayoritas masyarakat desa bangeran dalam beragama atau keorganisasiannya yakni mengikuti organisasi Nahdotul Ulama’ (NU) sedangkan beackround para mahasiswa sudah jelas dari universitas yang berindikasi atau tertera muhammadiyah disini terjadi sebua kepercayaan atau keyakinan yang berbeda.
            Disini pasti menimbulkan sesuatu stereotip dan diskriminasi yang sangat besar dari pihak masyarakat yang sangat fanatic dengan organisasi muhammadiyah apalagi pemuda karantaruna yang jelas jelas tidak suka dengan muhammadiyah.
            Hari demi hari berganti, sejak awal di bukanya atau diresmikannya kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) sekaligus praktek pengalaman lapangan (PPL) di desa bangeran kecamatan dukun kabupaten gresik antusias masyarakat terhadap kedatangan mahasiswa dari universitas muhammadiyah gresik ini tidak seperti biasanya, maksudnya tidak seperti menyambut mahasiswa lain yang datang dari kampus atau sekolah tinggi lain selain muhammadiyah.
Segala bentuk kegiatan yang telah dirancang oleh para mahasiswa dari universitas muhammadiyah ternyata jarang yang diterima oleh masyarakat bangeran, apalagi dari pihak pemuda atau karantaruna mereka smua seakan akan tidak pernah peduli dengan aktifitas dari para mahasiswa, justru para karantaruna selalu mengawasi gerak gerik dan setiap aktifitas yang akan dikerjakan oleh para mahasiswa yang sedang dapat tugas dari kampus tersebut.
Aktifitas para mahasisiwa ini pun akhirnya lama kelamaan tidak satupun yang terealiasasi atau semuanya hanya terancang saja, tapi masih ada beberapa tokoh masyarakat yang menerima kedatangan mereka dan menyambut dengan baik bahkan juga mendukung kegiatan kegiatan yang telah dirancang karna sebagian masyarakat ini kaya akan toleransi dan tidak fanatik ada juga dari kalangan pemuda yang sangat bertoleransi dan menjunjung tinggi akan prulalisme, ternyata pemuda ini juga menyandang sebagai mahasisiwa.
Banyak pemuda yang membicarakan aktifitas para mahasisiwa ini bahkan ada juga yang acuh tak acuh, dalam bergaul juga susahnya minta ampun para pemuda jarang sekali yang bergaul atau berteman seperti layaknya teman sendiri kepada para mahasiswa ini, seolah olah para mahasiswa ini sperti orang asing yang datang tak di undang.
Saat saya pulang dari tulungagung banyak teman saya dari IPNU ataupun tetangga saya  yang curhat kepada saya mengenai kegiatan para mahasisiwa ini, teman teman saya kebanyakan sangat fanatic terhadap mahasiswa ini, mungkin dikarenakan mereka semua ini dari kalangan muhammadiyah jadi teman  teman dan masyarakat menjadi memiliki  perilaku yang aneh akhirnya para mahasiswa pun sering pulang dan jarang sekali ada di tempat.
Ketika saya mulai berfikir dan menyelidiki terhadap para mahasisiwa ini kebetulan saya masih smt 4, saya mulai mencari tau beskem atau tempat para mahasisiwa tinggal setelah saya tau tempat tinggal mereka ternyata tak satupun para mahasiswa yang berada di tempat, saya sempat Tanya terhadap tetangga sekitar dan jawaban yang saya dapatkan adalah para mahasisiwa ini datang hanya 1 minggu 2 kali itu pun bergantian, jadi tidak seperti layaknya mahasiswa yang sedang kulya kerja nyata (KKN) atau pun praktek pengalaman lapangan.
Saat saya berjalan ke tetangga sebelahnya lagi mereka mengatakan hal yang sama yakni presepsi yang negative terus terhadap para mahasisiwa, pada sa’at saya dan para pemuda karantaruna desa bangeran mau mengadakan suatu acara dan perlombaan kebetulan pada sa’at itu adalah bulan agustus para mahasiswa mau saya ajak untuk berkerja sama terhadap kegiatan ini, tetapi beberapa hari saya tidak menjumpai para mahasiswa satupun jadi dalam pelaksanaan kegiatan lomba tak stupun para mahasiswa yang andil dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pada malam puncak acara yakni pentas seni sekaligus do’a bersama satu desa 1 hari sebelumnya saya mencoba trus untuk berkoordinasi dengan para mahasiswa agar mereka bias ikut andil dalam kegiatan tersebut, akhirnya saya bertemu dengan mereka dan saya coba untuk berkominikasi  dalam hal menyemarakkan pentas seni dan do’a bersama,an akhir keputusannya yakni para mahasisiwa mendapat bagian dalam hal hadiah untuk lomba lomba yang telah terlaksana sekaligus mendapat bagian untuk penyerahan hadiah.
Sa’at malam puncak terlaksana saya pun berinisiatif memberikan kesempatan kepeda ketua umum mahasisiwa dalam kegiatan kulya kerjha nyata kebetulan pada sa’at itu saya yang menjadi pembawa acara, akhirnya semua rencana telah terlaksana dengan lancer dan dalam kegiatan awal hingga akhir disini sedikit ada usaha penyatuan dari masyarakat dan pemuda kepada para mahasiswa dari universitas muhammadiyah gresik yang sedan kuliah kerja nyata (KKN) dan  praktek pengalaman lapangan (PPL)
Kisah yang sangat histeris di desa banyutengah kecamatan dukun kabupaten gresik yang mana didesa tersebut ada dua organisasi yaitu muhammadiyan dan nadhotul ulama’ atau NU segala hal kegiatan serba sendiri sendiri, seolah olah sangat sulit sekali untuk disatukan.
Dari hal yang terkecilpun mereka semua sangat sangat perhitungan dan jangan sedikitpun tercampuri seperti dalam hal pendidikan, pendidikan yang paling dasar yakni pendidikan anak usia dini (PAUD) itupun ada dua yakni yang bernaungan muhammadiyah sendiri dan nahdhotul ulama’ sendiri. Selanjutnya taman kanak kanaka tau (TK) juga sama dan penamaannya jelas terdapat nama muhammadiyah dan nahdotul ulama’ hingga ke jenjang yang lebih tingggi mulai dari madrasah ibtidaiyah madrasah tsanawiyah dan madrasah alia ataupun sekolah menengah akhir, hanya sekolahan yang bersetatus negri yang tidak mencantumkan identitas nahdotul ulama’ atau muhammadiyah.
 Selanjutnya dalam hal ibadah seperti masjid atau musholla juga ada 2 masing masing beribadah di tempatnya masing masing NU ya di masjid NU muhammadiyah ya di masjid Muhammadiya seolah olah g peduli dengan yang lain, bahkan generasi muda juga sudah mengikuti orang tuanya.
Pada sa’at hari raya jika terjadi perbedaan keyakinan mengenai hari atau tanggal yang tepat sa’at hari raya tiba disini sangat memunculkan sifat yang sangat tidak terpuji contohnya yang nahdotul ulama’ masih puasa sedangkan muhammadiya sudah merayakan hari raya banyak kata kata jelak yang muncul dari setiap mulut mereka bagi mereka yang masih puasa bagitu juga sebaliknya, hanya orang orang yang memiliki toleransi besar yang tetap memiliki hati yang bagus.
Dalam segi organisasi masing masing memiliki kantor yang besar dan megah isni menunjukan kekuatan sebua organisasi masing masing, para orang tua juga sangan menjaga generasi penerusnya untuk selalu sejalan yang sesuai dengan orang tuanya terbukti anak anak mereka tidak memiliki kebebasan dalam memilih lembaga pendidikan yang di inginkan oleh si anak tetapi orang tua lah yang harus memilikan dan sang anak harus nurut dengan orang tuanya, hal ini di takutkan sang anak nantinya akan berbeda paham denag orang tuanya.

Senin, 18 November 2013

PENGERTIAN AGEN DAN DISTRIBUTOR
dari yang saya temukan
Agen Adalah mengambil barang dan menyalurkan barangtersebut ke konsumen..
"disini agen berusaha menjualka barang tersebut hingga laku habis agen tidak membayar terhadap barang yang diambilnya tetapimembayar setelah barannya laku"
Distributor Adalah mendapatka barang sesuai denganyang dipesan kemudian di jual.
"distributor langsung membayar seluruh barang yang telah dipesan dan di jual gengan harga ang di tetapkan oleh distributor sendiri"