DISKRIMINASI
ARTIKEL TENTANG
DISKRIMINASI agama
Perlakuan
yang berbeda disebabkan faktor agama.
Di Desa Bangeran Kecamatan Dukun Kab
Gresik pernah ada mahasisiwa dari universitas muhammadiyah gresik yang
mendapatkan tugas dari kampus yakni kuliah kerja nyata (KKN) dan praktek
pengalaman lapangan (PPL), kebetulan mayoritas masyarakat desa bangeran dalam
beragama atau keorganisasiannya yakni mengikuti organisasi Nahdotul Ulama’ (NU)
sedangkan beackround para mahasiswa sudah jelas dari universitas yang berindikasi
atau tertera muhammadiyah disini terjadi sebua kepercayaan atau keyakinan yang
berbeda.
Disini pasti menimbulkan sesuatu
stereotip dan diskriminasi yang sangat besar dari pihak masyarakat yang sangat
fanatic dengan organisasi muhammadiyah apalagi pemuda karantaruna yang jelas
jelas tidak suka dengan muhammadiyah.
Hari demi hari berganti, sejak awal
di bukanya atau diresmikannya kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) sekaligus
praktek pengalaman lapangan (PPL) di desa bangeran kecamatan dukun kabupaten gresik
antusias masyarakat terhadap kedatangan mahasiswa dari universitas muhammadiyah
gresik ini tidak seperti biasanya, maksudnya tidak seperti menyambut mahasiswa
lain yang datang dari kampus atau sekolah tinggi lain selain muhammadiyah.
Segala
bentuk kegiatan yang telah dirancang oleh para mahasiswa dari universitas
muhammadiyah ternyata jarang yang diterima oleh masyarakat bangeran, apalagi
dari pihak pemuda atau karantaruna mereka smua seakan akan tidak pernah peduli
dengan aktifitas dari para mahasiswa, justru para karantaruna selalu mengawasi
gerak gerik dan setiap aktifitas yang akan dikerjakan oleh para mahasiswa yang
sedang dapat tugas dari kampus tersebut.
Aktifitas
para mahasisiwa ini pun akhirnya lama kelamaan tidak satupun yang terealiasasi
atau semuanya hanya terancang saja, tapi masih ada beberapa tokoh masyarakat
yang menerima kedatangan mereka dan menyambut dengan baik bahkan juga mendukung
kegiatan kegiatan yang telah dirancang karna sebagian masyarakat ini kaya akan
toleransi dan tidak fanatik ada juga dari kalangan pemuda yang sangat
bertoleransi dan menjunjung tinggi akan prulalisme, ternyata pemuda ini juga
menyandang sebagai mahasisiwa.
Banyak
pemuda yang membicarakan aktifitas para mahasisiwa ini bahkan ada juga yang
acuh tak acuh, dalam bergaul juga susahnya minta ampun para pemuda jarang
sekali yang bergaul atau berteman seperti layaknya teman sendiri kepada para
mahasiswa ini, seolah olah para mahasiswa ini sperti orang asing yang datang
tak di undang.
Saat
saya pulang dari tulungagung banyak teman saya dari IPNU ataupun tetangga
saya yang curhat kepada saya mengenai
kegiatan para mahasisiwa ini, teman teman saya kebanyakan sangat fanatic
terhadap mahasiswa ini, mungkin dikarenakan mereka semua ini dari kalangan
muhammadiyah jadi teman teman dan
masyarakat menjadi memiliki perilaku
yang aneh akhirnya para mahasiswa pun sering pulang dan jarang sekali ada di
tempat.
Ketika
saya mulai berfikir dan menyelidiki terhadap para mahasisiwa ini kebetulan saya
masih smt 4, saya mulai mencari tau beskem atau tempat para mahasisiwa tinggal
setelah saya tau tempat tinggal mereka ternyata tak satupun para mahasiswa yang
berada di tempat, saya sempat Tanya terhadap tetangga sekitar dan jawaban yang
saya dapatkan adalah para mahasisiwa ini datang hanya 1 minggu 2 kali itu pun
bergantian, jadi tidak seperti layaknya mahasiswa yang sedang kulya kerja nyata
(KKN) atau pun praktek pengalaman lapangan.
Saat
saya berjalan ke tetangga sebelahnya lagi mereka mengatakan hal yang sama yakni
presepsi yang negative terus terhadap para mahasisiwa, pada sa’at saya dan para
pemuda karantaruna desa bangeran mau mengadakan suatu acara dan perlombaan
kebetulan pada sa’at itu adalah bulan agustus para mahasiswa mau saya ajak
untuk berkerja sama terhadap kegiatan ini, tetapi beberapa hari saya tidak
menjumpai para mahasiswa satupun jadi dalam pelaksanaan kegiatan lomba tak
stupun para mahasiswa yang andil dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pada
malam puncak acara yakni pentas seni sekaligus do’a bersama satu desa 1 hari
sebelumnya saya mencoba trus untuk berkoordinasi dengan para mahasiswa agar
mereka bias ikut andil dalam kegiatan tersebut, akhirnya saya bertemu dengan
mereka dan saya coba untuk berkominikasi
dalam hal menyemarakkan pentas seni dan do’a bersama,an akhir
keputusannya yakni para mahasisiwa mendapat bagian dalam hal hadiah untuk lomba
lomba yang telah terlaksana sekaligus mendapat bagian untuk penyerahan hadiah.
Sa’at
malam puncak terlaksana saya pun berinisiatif memberikan kesempatan kepeda
ketua umum mahasisiwa dalam kegiatan kulya kerjha nyata kebetulan pada sa’at
itu saya yang menjadi pembawa acara, akhirnya semua rencana telah terlaksana
dengan lancer dan dalam kegiatan awal hingga akhir disini sedikit ada usaha
penyatuan dari masyarakat dan pemuda kepada para mahasiswa dari universitas
muhammadiyah gresik yang sedan kuliah kerja nyata (KKN) dan praktek pengalaman lapangan (PPL)
Kisah
yang sangat histeris di desa banyutengah kecamatan dukun kabupaten gresik yang
mana didesa tersebut ada dua organisasi yaitu muhammadiyan dan nadhotul ulama’
atau NU segala hal kegiatan serba sendiri sendiri, seolah olah sangat sulit
sekali untuk disatukan.
Dari
hal yang terkecilpun mereka semua sangat sangat perhitungan dan jangan
sedikitpun tercampuri seperti dalam hal pendidikan, pendidikan yang paling
dasar yakni pendidikan anak usia dini (PAUD) itupun ada dua yakni yang
bernaungan muhammadiyah sendiri dan nahdhotul ulama’ sendiri. Selanjutnya taman
kanak kanaka tau (TK) juga sama dan penamaannya jelas terdapat nama muhammadiyah
dan nahdotul ulama’ hingga ke jenjang yang lebih tingggi mulai dari madrasah
ibtidaiyah madrasah tsanawiyah dan madrasah alia ataupun sekolah menengah
akhir, hanya sekolahan yang bersetatus negri yang tidak mencantumkan identitas
nahdotul ulama’ atau muhammadiyah.
Selanjutnya dalam hal ibadah seperti masjid
atau musholla juga ada 2 masing masing beribadah di tempatnya masing masing NU
ya di masjid NU muhammadiyah ya di masjid Muhammadiya seolah olah g peduli
dengan yang lain, bahkan generasi muda juga sudah mengikuti orang tuanya.
Pada
sa’at hari raya jika terjadi perbedaan keyakinan mengenai hari atau tanggal
yang tepat sa’at hari raya tiba disini sangat memunculkan sifat yang sangat
tidak terpuji contohnya yang nahdotul ulama’ masih puasa sedangkan muhammadiya
sudah merayakan hari raya banyak kata kata jelak yang muncul dari setiap mulut
mereka bagi mereka yang masih puasa bagitu juga sebaliknya, hanya orang orang
yang memiliki toleransi besar yang tetap memiliki hati yang bagus.
Dalam
segi organisasi masing masing memiliki kantor yang besar dan megah isni
menunjukan kekuatan sebua organisasi masing masing, para orang tua juga sangan
menjaga generasi penerusnya untuk selalu sejalan yang sesuai dengan orang
tuanya terbukti anak anak mereka tidak memiliki kebebasan dalam memilih lembaga
pendidikan yang di inginkan oleh si anak tetapi orang tua lah yang harus
memilikan dan sang anak harus nurut dengan orang tuanya, hal ini di takutkan
sang anak nantinya akan berbeda paham denag orang tuanya.